@article{Zulfikar_2018, title={Tradisi Halal Bihalal dalam Perspektif Al-Qur’an dan Hadis}, volume={14}, url={https://journal.unj.ac.id/unj/index.php/jsq/article/view/7122}, DOI={10.21009/JSQ.014.2.03}, abstractNote={<p><strong>Abstract</strong></p> <p>Celebrating the day of ‘Idul Fitri after the fasting month of Ramadan with the extended family is a routine for some Indonesians. In the feast of ‘Idul Fitri there is a tradition that has been entrenched, namely <em>halal bihalal</em>. <em>Halal bihalal</em> is the right moment to stay in touch and mutually apologize to each other. <em>Halal bihalal</em> is also considered as a means of productive communication between various components of the nation which is carried out with joy and formed in a ceremonial manner followed by a group of citizens from various kinds of Religion, Race, and Tribe. The halal bihalal atmosphere filled with religious nuances, kinship and openness make everyone present does not have a certain psychological burden. That’s when healthy communication can wake up well. In turn, the desire to help each other and enhance each other, which ultimately bring positive impact for the sustainability of their relationship in the community and the creation of plural attitude with other religions</p> <p><em>K</em><em>eywords</em><em>: Halal bihalal, Silaturahim, ‘Idul fitri, al-Qur’an dan Hadis.</em></p> <p><strong>Abstrak</strong></p> <p>Merayakan hari raya ‘Idul fitri setelah melaksanakan puasa di bulan Ramadhan bersama keluarga besar merupakan sebuah rutinitas bagi sebagian masyarakat Indonesia. Di dalam hari raya ‘Idul fitri ini terdapat suatu tradisi yang sudah membudaya, yaitu halal bihalal. Halal bihalal merupakan momen yang&nbsp; tepat untuk bersilaturahim dan saling meminta maaf antar sesama. Halal bihalal juga dianggap sebagai ajang komunikasi produktif antar berbagai komponen bangsa yang dilaksanakan dengan suka cita dan dibentuk secara seremonial yang diikuti oleh sekelompok warga dari berbagai macam agama, ras dan suku. Suasana halal bihalal yang penuh dengan nuansa religius, kekeluargaan dan keterbukaan membuat semua orang yang hadir tidak memiliki beban psikolgis tertentu. Pada saat itulah komunikasi sehat bisa terbangun dengan baik. Pada gilirannya muncul keinginan untuk saling membantu dan saling membesarkan yang akhirnya membawa dampak positif bagi keberlangsungan hubungan mereka dalam bermasyarakat dan terciptanya sikap plural dengan agama lain.</p> <p><em>Kata kunci: </em><em>Halal bihalal, Silaturahim, ‘Idul fitri, al-Qur’an dan Hadis.</em></p> <p><em>&nbsp;</em></p&gt;}, number={2}, journal={Jurnal Studi Al-Qur’an}, author={Zulfikar, Eko}, year={2018}, month={Jul.}, pages={127 - 150} }