PENGENALAN ALAT MUSIK TRADISIONAL KOLINTANG DI SD XAVERIUS IV PALEMBANG

  • Pridson Mandiangan Politeknik Negeri Sriwijaya Palembang
Keywords: kepedulian, musik tradisional, kolintang, musik modern

Abstract

Abstract  

Experts and cultural observer indicates that globalization has reduced the awareness and the compassion of the young  people including students towards our own culture. They even failed to understand and even considered our national  culture is old-fashioned, obsolete, and outdated. Pursuing and conducting our own culture is regarded as an old fashioned attitude, while on the other hand idolizing foreign culture is regarded as an advancement. The author has  taught Kolintang for the past forty years, but never experienced teaching lessons in schools, as the interest and  awareness of the students for Kolintang music culture is getting lesser as time goes by. Moreover, the absence of  Kolintang instrument in government agencies, companies, schools and other institutions in Palembang has been an  indicator for the phenomenon stated above. The Implementer Team as collegiate society, want to contribute for the  introduction effort of stimulating the interest of students toward their own culture. The problem is lack of awareness  and compassion from the students in Palembang, especially into Kolintang musical instrument. Through this  community service program, a single unit of Kolintang musical instrument will be produced for the partner, and it  can be used as a visualization of traditional music as a lesson, and it also can be collaborated with other modern  musical instruments to be played in extracurricular activity at school. Keywords: awareness, traditional music,  kolintang, modern music 

Abstrak  

Berbagai pihak terutama para ahli dan pemerhati budaya nasional mengindikasikan bahwa globalisasi telah  menggerus perhatian, kecintaan dan kepedulian generasi muda termasuk anak-anak sekolah pada budaya bangsa  sendiri. Dapat dikatakan sebagai “gagal faham”, dimana budaya nasional kita dianggap sebagai hal yang kuno, usang  dan ketinggalan zaman. Mempelajari serta mengaplikasikan kebudayaan sendiri dianggap sebagai suatu sikap kuno  dan tidak mengikuti zaman, tetapi menggandrungi budaya asing dipandang sebagai suatu kemajuan dan gaya hidup  modern. Pengalaman empiris penulis selama melatih musik kolintang sejak era delapan puluhan, tidak pernah  melatih di sekolah-sekolah, serta semakin hilangnya rasa kecintaan dan kepedulian terhadap seni budaya musik  kolintang. Juga, semakin berkurangnya keberadaan musik kolintang di instansi pemerintah, perusahaan,  sekolahsekolah dan lembaga lain yang ada di Palembang dan sekitarnya, menjadi indikasi fenomena diatas. Tim  Pelaksana sebagai masyarakat perguruan tinggi, ingin berkontribusi pada upaya-upaya pengenalan untuk  menstimulasi rasa kecintaan anak-anak sekolah khususnya, pada hasil budaya bangsanya sendiri. Permasalahannya  adalah kurangnya kepedulian dan kecintaan para siswa-siswi sekolah di kota Palembang, terhadap musik tradisional  kolintang. Melalui program pengabdian kepada masyarakat ini, akan dihasilkan satu unit alat musik kolintang untuk  mitra, dapat dijadikan visualisasi musik tradisional untuk pembelajaran, juga dapat dikolaborasikan dengan alat  musik modern untuk dimainkan dalam kegiatan ekstra kurikuler di sekolah.  

Published
2020-12-20
How to Cite
Mandiangan, P. (2020). PENGENALAN ALAT MUSIK TRADISIONAL KOLINTANG DI SD XAVERIUS IV PALEMBANG. Prosiding Seminar Nasional Pengabdian Kepada Masyarakat, 1(01), SNPPM2020EK-32 . Retrieved from https://journal.unj.ac.id/unj/index.php/snppm/article/view/19620