Etnopuitika Mantra Religi: Pemaknaan dan Fungsi
DOI:
https://doi.org/10.21009/Arif.012.06Keywords:
etnopuitika, fungsi, mantra religi, pemaknaan, penangkal hujanAbstract
Penelitian bertujuan menafsir secara antropolinguistik dan fungsi mantra penangkal hujan. Acuan teori etnopuitik dengan metode kualitatif. Sumber data teks mantra dari dua informan. Data penelitian bentuk tafsiran antropolinguistik, pemaknaan kalimat mantra, dan fungsi mantra yang mengandung aspek religi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk tafsiran antropolinguistik dan pemaknaan kalimat mantra mengandung aspek religi dan sosial. Tafsiran antropolinguistik melalui judul, pembuka, niat, sugesti, tujuan, dan penutup. Representasi tafsiran antropolinguistik unsur religi tampak pada kosakata dalam kalimat ketuhanan, keesaan Tuhan, dan penghambaan kepada Allah. Kalimat religi menambah rasa optimis dan sugesti dengan mendekatkan diri kepada Allah. Tafsiran antropolinguistik unsur sosial terdapat pada mantra penangkal hujan di Dusun Galuh Krajan Desa Watugaluh, sedangkan yang di Dusun Tebon Desa Kayangan tidak terdapat tafsiran antropolinguistik yang mengandung unsur sosial. Mantra yang menggunakan konsep properties, yaitu fungsi ideologi dua deskriptor, permohonan kepada Tuhan dan menundukkan roh halus.
References
Bachmann, I. (2008). Colonial Exchange: Creole languages between missionary linguistics and romance philology. Papia. 16, 2206, P. 79-95.
Brummans, B. H. J. M., Hwang, J. M., & Cheong, P. H. (2020). Recycling Stories: Mantras, Communication, and Organizational Materialization. Organization Studies. https://doi.org/10.1177/0170840618819033.
Candra, K., Noviyanti, L. P. E., & Nurlaily, K. (2018). Pemaknaan dan Transmisi Mantra Tri Sandhya pada Remaja Hindu Bali di Daerah Malang. Jurnal Poetika. https://doi.org/10.22146/poetika.35679.
Darihastining, S. (2016). Etnopuitika Sastra Pentas Jidor Sentulan. Malang: Aditya Medi Publishing.
Denzin, N. K., & Lincoln, Y. S. (1994). Handbook of Qualitative Research. New York: Sage Publications Inc.
Eliasoph, N. (2016). The mantra of empowerment talk: an essay. Journal of Civil Society. https://doi.org/10.1080/17448689.2016.1215895.
Foley, J. M. (2005). From Oral Performance to Paper-Text to Cyber-Edition. Oral Tradition (Vol. 20).
Gunnell, T. (2006). Narratives, Space and Drama: Essential Spatial Aspects Involved in the Performance and Reception of Oral Narrative. Folklore: Electronic Journal of Folklore, 33, 7–26. https://doi.org/10.7592/fejf2006.33.terry.
Herman, L., & Vervaeck, B. (2005). Handbook of Narrative Analysis. Nebraska: University of Nebraska Press.
Hidayatullah, D. (2019). Mantra Pengobatan dalam Naskah Banjar (Healing Mantra in Banjarese Manuscript). Naditira Widya. https://doi.org/10.24832/nw.v13i1.322.
Kadarisman, A. E. (2009). Mengurai Bahasa Menyibak Budaya. Malang: Universitas Negeri Malang Press.
Rahmawati, S. (2019). Etnopuitika Mantra Penangkal Hujan di Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang. Skripsi. STKIP PGRI Jombang.
Rusma Noortyani, J. Z. (2017). Antropolinguistik dalam Mantra Dayak Maanyan di Kalimantan Selatan (Antropolinguistics in Maanyan Mantras in South Kalimantan).
Jurnal Bahasa, Sastra dan Pembelajarannya. https://doi.org/10.20527/jbsp.v7i1.3765.
Yusuf, M. (2001). Penelitian Naskah Nusantara dari Sudut Pandang Kebudayaan Nusantara. In Simposium Internasional Masyarakat Pernaskahan Nusantara. Padang.
Zulfahita. (2020). Struktur, Fungsi, dan Makna Mantra Pengasih Diri di Desa Sungai Nyirih, Kecamatan Selakau serta Implementasinya di Sekolah. Jurnal Pendidikan Bahasa, 9(2). https://doi.org/10.31571/bahasa.v9i2.1951.