Dinamika Sosial Budaya Masyarakat Jawa Pesisiran: Kajian Wayang Pesisiran dalam Perspektif Etnolinguistik

  • Mulyana Mulyana Universitas Negeri Yogyakarta
Keywords: dinamika budaya, etnolinguistik, konteks sosial, wayang pesisir

Abstract

Budaya Jawa Pesisiran (BJP) wilayah Pesisir Utara Jawa Tengah terus berdinamika dan tampak pada pertunjukan wayang kulit pesisiran. Penelitian ini bertujuan menjelaskan dinamika budaya pesisiran berdasarkan perspektif etnolinguistik. Penelitian dengan metode kualitatif naturalistik ini menggunakan sumber data dialog pertunjukan wayang video yang dimainkan Ki Wiwin Nusantara. Pendalaman latar dan konteks sosial budaya diperoleh melalui survei dari Tegal sampai Rembang. Wawancara dilakukan dengan informan terpilih, yaitu 2 (dua) dalang pesisir wilayah Lasem Rembang, Ki Kartono dan wilayah Pati, Ki Kartubi. Instrumen penelitian menggunakan catatan lapangan, panduan wawancara, dan pembacaan pustaka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) genre wayang pesisiran bersifat variatif (tergambar dari iringan gending, tambahan wayang golek, lakon carangan, dan kelugasan bahasanya), (2) gambaran konteks sosial budaya masyarakat pesisir tecermin melalui diksi lokal dan bahasa Jawa keseharian yang cenderung vulgar dan tidak banyak tingkat tutur sebagai representasi masyarakat pesisir yang secara sosial dan kultural cenderung lugas dan apa adanya.

References

Argyle, E. & Bolton, G. (2005). Art in the Community For Potentially Vulnerable Mental Health Group. United Kingdom: Emerald Group Publishing Limited.

Arifin, F. (2013). Wayang Kulit sebagai Pendidikan Budi Pekerti. Jantra.Vol. 8 No.1, 78.

Cohen, M.I. (2007). Contemporary Wayang in Global Context. Asian Theatre Journal. Vol 24. No.2. Hawaii: University of Hawaii Press.

Duranty. (1997). Linguistics Antrophology. New York: Cambridge University Press.

Goodenough, W. (1964). Introduction to Exploration in Culture. New York: Mc Graw-Hill.

Haviland, WA. (1993). Antropologi. Jakarta: Erlangga.

Horton and Hunt. (2006). Sosiologi. (Terjemahan oleh Aminudin). Jakarta: Erlangga.

Kementerian Kelautan dan Perikanan RI. (2002). Keputusan Nomor : KEP.10/MEN/2002.

Koentjaraningrat. (1998). Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta: Gramedia.

Koentjaraningrat. (2002). Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.

Korsovitis, C. (2001). Ways of the Wayang in India. International Center Quarterly. Vol.28 No.2 The Everyday the Familiar and The BIZZARE, 59-68. URL: http://www.jstor.org/stable/23005511.

Muljono, S. (1978). Wayang, Asal Usul, Filsafat dan Masa Depannya. Jakarta: PT Gunung Agung.

Mulyana. (2017). Cermin Budaya Dalam Kode Bahasa (Daerah). UNY: Proseding International Conference Ikadbudi Yogyakarta.

Poerwanto, H. (2000). Kebudayaan dan Lingkungan dalam Perspektif Antropologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sitorus. (1994). Peran Ekonomi Wanita dalam Rumah Tangga Nelayan di Indonesia. Tesis ITB Bogor.

Subri, M. (2005). Ekonomi Kelautan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sunarto. (1997). Seni Gatra Wayang Kulit Purwo. Semarang: Dahara Prize.

Wasilah, Ch.A. (1990). Sosilogi Bahasa. Bandung: Angkasa.

White, L. A. (1969). The Evolution of Culture. London: Oxford University Press.

Wierzbicka. (1993). Semantics. Cognition, and Culture. London: Oxford University Press.

Zamzani, L. (2016). Dinamika Pranata Sosial terhadap Kearifan Lokal Masyarakat Nelayan dalam Melestarikan Wisata Bahari, dalam Jurnal Antropologi, Juni Vol 18. Edisi (1), h.56–58.

Zulaeha, I. (2009). Dialektologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Published
2022-02-28
How to Cite
Mulyana, M. (2022). Dinamika Sosial Budaya Masyarakat Jawa Pesisiran: Kajian Wayang Pesisiran dalam Perspektif Etnolinguistik. Arif: Jurnal Sastra Dan Kearifan Lokal, 1(2), 207 - 225. https://doi.org/10.21009/Arif.012.03