Interseksionalitas Perempuan dan Laki-Laki Bangsawan dalam “Tula-Tula Mia Wakatobi”
DOI:
https://doi.org/10.21009/Arif.012.04Keywords:
interseksionalitas, gender, kekuasaan, WakatobiAbstract
Perempuan dan laki-laki yang bergelar bangsawan sebagai kelas sosial tertinggi pada masyarakat pramodern tidak membuat mereka secara pasti memperoleh privilese dan prestise. Setiap individu menduduki posisi yang kemudian menunjukkan jenis perbedaan kekuasaan berdasarkan kategori sosiokultural, khususnya seperti gender. Penelitian ini bertujuan menelaah praktik yang ditemui perempuan dan laki-laki bangsawan pada cerita rakyat Wakatobi atau “Tula-tula Mia Wakatobi”. Metode interseksi digunakan untuk membongkar ruang-ruang diskriminasi berdasarkan lapisan identitas yang saling berinteraksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perempuan bangsawan adalah pihak yang dirugikan dibanding laki-laki bangsawan. Perempuan bangsawan beridentitas ganda, yaitu sebagai bangsawan serta putri dari ayah dan raja. Dengan demikian formasi identitas menjadi penyebab utama adanya privilese atau “peliyanan“ melalui tindakan diskriminatif yang dialami oleh para tokoh bangsawan.
References
Al Farizi, M. S., & Alfirdaus, L. K. (2020). Krisis Iklim, Gender, dan Kerentanan: Potret Perempuan Petani di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Journal of Politic and Government Studies, 9(4), 369–385.
Bin Elo, M. Z. (2020). Kajian Feminisme Interseksi dalam Film Dear White People (2014). Buana Gender: Jurnal Studi Gender dan Anak, 5(1), 1–12.
Collins, P. H. (2019). Intersectionality as Critical Social Theory. Durham: Duke University Press.
Crenshaw, K. (1989). Demarginalizing The Intersection of Race and Sex: A Black Feminist Critique of Antidiscrimination Doctrine, Feminist Theory and Antiracist Politics. U. Chi. Legal F., 139.
de Beauvoir, S. (2010). The Second Sex. London: Knopf.
Dundes, A. (1969). Folklore as A Mirror of Culture. Elementary English, 46(4), 471–482.
Faruk, H. T. (2015). Metode Penelitian Sastra: Sebuah Penjelajahan Awal. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Gökarıksel, B., & Smith, S. (2017). Intersectional Feminism beyond US Flag Hijab and Pussy Hats in Trump’s America. Gender, Place & Culture, 24(5), 628–644.
Hankivsky, O. (2014). Intersectionality 101. The Institute for Intersectionality Research & Policy, SFU, 36.
Hasyim, N. (2011). Men can be allies: Men’s involvement in ending domestic violence in Mumbai. Retrieved June.
Hidayatullah, D. (2017). Interseksi Maskulinitas dan Agama dalam Cerpen "Robohnya Surau Kami" karya AA Navis. Adabiyyāt: Jurnal Bahasa dan Sastra, 1(2), 139–155.
Lerner, G. (1986). The Creation of Patriarchy (Vol. 1). Women and History; V. 1.
Lykke, N. (2010). Feminist Studies: A Guide To Intersectional Theory, Methodology and Writing. London: Routledge.
Roosi, I. L., & Minza, W. M. (2017). Makna Peran Gender bagi Suami Peserta Program Laki-Laki Peduli di Gunungkidul Daerah Istimewa Yogyakarta. Gadjah Mada Journal of Psychology (GamaJoP), 3(3), 162–173.
Sari, S. (2020). Interseksi Budaya dalam Novel Kuli Karya MH Szekely Lulofs. Bahasa Indonesia Prima (BIP), 2(1), 117–125.
Sugihastuti, I. H. S., & Hadi, I. (2010). Gender dan Inferioritas Perempuan: Praktik Kritik Sastra Feminis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Taqiyya, K. F. K., Udasmoro, W., & Firmonasari, A. (2020). Peliyanan terhadap Perempuan Dunia Ketiga pada Ruang Seksual dalam Novel Plateforme Karya Michel Houellebecq. Litera, 19(3), 457–470.
Tim Penyusun. (2017). Cerita Rakyat Waktobi: Bahasa Wakatobi dan Bahasa Indonesia. Kendari: Kantor Bahasa Sulawesi Tenggara.
Udu, S. (2015). Di Bawah Bayang-Bayang Ode. Pekanbaru: Seligi Press.
Walby, S., Armstrong, J., & Strid, S. (2012). Intersectionality: Multiple Inequalities in Social Theory. Sociology, 46(2), 224–240.