Tradisi Merantau: Representasi Identitas dan Kearifan Masyarakat Bawean

  • Sri Wiryanti Boedi Oetami FIB Universitas Airlangga
  • Mochamad Ali FIB Universitas Airlangga
Keywords: Kampung Boyan, kearifan lokal, masyarakat Bawean, tradisi merantau

Abstract

Masyarakat Bawean dikenal memiliki tradisi merantau. Keberlangsungan tradisi  merantau yang sudah turun-temurun menjadikan masyarakat Bawean tersebar dan eksis di beberapa kawasan Nusantara dan beberapa negara seperti di Malaysia, Singapura, Vietnam, dan Pulau Cristmas. Kampung Boyan merupakan salah satu ciri komunitas orang Bawean di perantauan. Tujuan penelitian ini menemukan dan mendeskripsikan nilai-nilai solidaritas yang menjadi kearifan lokal dari tradisi merantau masyarakat Bawean. Metode deskriptif kualitatif menjadi ancangan kajian. Dalam hal ini, peneliti mendeskripsikan secara menyeluruh dan mendalam nilai-nilai solidaritas dari tradisi merantau masyarakat Bawean. Hasil dan pembahasan menunjukkan bahwa nilai solidaritas tradisi merantau masyarakat Bawean terimplementasi pada pengawal dan Kampung Boyan, ngater-ngateraken. Harapan dan keberhasilan merantau dijiwai sikap futuristik dengan kerja keras, saling menghormati, kerja sama, saling membantu pemenuhan kebutuhan, saling percaya, tolong-menolong, toleransi, dan penyelesaian persoalan dengan baik melalui solidaritas yang tetap terjaga.

References

Amrin, T. (1996). Pokok-Pokok Teori Sistem. Rajawali Persada.

Kartono. (2004). Orang Bawean dan Boyan: Perubahan dan Pembentukan Identitas Masyarakat Bawean. Mencipta Bawean, Antolog Gagasan Orang-orang Boyan. Boyan Publishing.

Koentjaraningrat. (1992). Kebudayaan, Mentalitas, dan Pembangunan di Indonesia. Gramedia Pustaka Utama.

Leake, R. S. (2009). Pulau Putri: Kebudayaan Migrasi dan Dampaknya di Pulau Bawean. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang, 1–67.

Milner, A. (2009). The Malays. John Wiley & Sons Ltd.

Moleong, L. J. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif. PT. Remaja Rosdakarya.

Nasional, D. P. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Pusat Bahasa.

Qushwandi, D. (2008). Waliyah Zainab Putri Pewaris Syeikh Siti Jenar. Yayasan Waliyah Zainab Diponggo.

Santoso, B. (2006). Bahasa dan Identitas Budaya. Sabda : Jurnal Kajian Kebudayaan, 1(1), 44. https://doi.org/10.14710/sabda.v1i1.13266.

Sartini. (2004). Menggali Kearifan Lokal Nusantara. Jurnal Filsafat, 37(2), 111–120. https://jurnal.ugm.ac.id/wisdom/article/view/33910/20262.

Statistik, B. P. (2013). Gresik dalam Angka Tahun 2013. BPS Kabupaten Gresik.

Sundusia, R. (2018). Ponthuk Bawean di Singapura. Persatuan Bawean Singapura (PBS).

Syam, N. (2005). Islam Pesisir. LKiS Pelangi Aksara.

Vredenbregt, J. L. A. B. (1990). Bawean dan Islam. Indonesian Netherland Cooperation in Islamic Studies (INIS).

Zulfikarni, Z., & Liusti, S. A. (2020). Merawat Ingatan: Filosofi Marantau di Dalam Pantun Minangkabau. SASDAYA: Gadjah Mada Journal of Humanities, 4(1), 13. https://doi.org/10.22146/sasdayajournal.54565.

Published
2022-08-31
How to Cite
Oetami, S. W. B., & Ali, M. (2022). Tradisi Merantau: Representasi Identitas dan Kearifan Masyarakat Bawean. Arif: Jurnal Sastra Dan Kearifan Lokal, 2(1), 143 - 156. https://doi.org/10.21009/Arif.021.09