Membedah Nilai Ketuhanan dan Kemanusiaan dalam Nyanyian “Oreng” pada Etnik Lamaholot di Imulolong
DOI:
https://doi.org/10.21009/Arif.021.04Keywords:
kemanusiaan, ketuhanan, nilai, OrengAbstract
Bahasa daerah merupakan produk budaya guyub masyarakat yang memiliki peran vital sebagai sarana interaksi antara satu orang dengan orang lain atau satu guyub tutur dengan guyub tutur yang lain. Penelitian ini bertujuan menemukan dan menjelaskan nilai-nilai ketuhanan dan kemanusiaan dalam nyanyian rakyat “Oreng” pada etnik Lamaholot di Imulolong Lembata. Analisis hermeneutik digunakan sebagai bagian dari korpus berupa teks lisan yang telah terjadi pada masa lampau. Penelitian etnografi ini mengasumsi bahwa “Oreng” sebagai peristiwa budaya mengandung kebenaran empiris dan etik melalui berbagai leksikon yang digunakan. Penyediaan data menggunakan teknik simak dan catat. Interpretasi data dilakukan mulai dari tahap penyediaan data. Interpretasi data dilakukan secara menyeluruh dengan mengaitkan hubungan antardata yang diinterpretasi secara leksikal dan konteks kultural. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat nilai-nilai ketuhanan dan kemanusiaan. Nilai ketuhanan yang ditemukan berupa nilai kesakralan dan keesaan Tuhan. Sedangkan, nilai kemanusiaan meliputi kesehatan, solidaritas atau kebersamaan, perjuangan, sejarah, dan nilai pendidikan.
References
Bitu, Y. S., Rahardi, R. K. (2020). Preservasi nilai kearifan lokal dalam tradisi lisan Teda masyarakat Kabizu Beijello melalui ranah pendidikan. Kandai, 16 (2), 149–165 (DOI: 10.26499/jk.v16i2.2195).
Ceunfin, Frans. (2007). Memahami HAM dari Perspektif Teori Nilai. Dalam Frans Ceunfin (Eds.), Hak-Hak Asasi Manusia (hlm. xiii–xxvii). Maumere: Penerbit Ledalero.
Djawanai, Stephanus. (2016). Tradisi Lisan: Wujud Tenunan Kehidupan Manusia. Makalah disajikan dalam Acara Pelantikan Pengurus Asosiasi Tradisi Lisan Flores Ende, di Universitas Flores, Ende, Selasa, 22 Maret 2016.
Endraswara, Suwardi. (2009). Metode Penelitian Folklor. Jakarta: PT. BUKU KITA.
Eriyanto. (2009). Analisis Wacana. Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: LKiS.
Geertz, Clifford. (1992). Tafsir Kebudayaan. Yogyakarta: Kanisius.
Kadarisman, Efendi. (2009). Mengurai Bahasa Menyibak Budaya. Malang: Universitas Negeri Malang.
Kleden, Ignas. (2009). file:///G:/Pidato Kebudayaan 2009 Seni dan Civil Society oleh DR. Ignas Kleden Indonesia.htm, diakses tgl. 4 Desember 2009.
Muhadjir. (1990). Semantik. Dalam Djoko Kentjono (Eds.), Dasar-dasar Linguistik Umum. (hlm. 73–87). Jakarta: Fakultas Sastra UI.
Muliadi. (2020). “Teori Kajian Hermeneutika Sastra: Karya Kreatif Mengusung Pembelajaran Nilai Multikultural Solidaritas.” Dalam Endraswara (Eds.) Teori Sastra Terbaru: Konsep dan Aplikasi, (hal. 299–313). Yogyakarta: CV. Grafika Indah.
Pampe, Pius. (2011). Pemberdayaan Bahasa Lokal dalam Kegiatan Keagamaan. Kupang: Percetakan SYLVIA.
Ricoeur, Paul. (2003). Filsafat Wacana, Membedah Makna dalam Anatomi Bahasa. Terjemahan oleh Musnur Hery. 2003. Yogyakarta: IRCiSoD.
Saryono, Djoko. (2006). Pergumulan Estetika Sastra di Indonesia. Malang: Pustaka Kayutangan.
Sayuti. S. A. (2014). Bahasa (Ibu) dan Upaya Dinamisasi Budaya. Bandung: Unpad Press.
Soedaryanto. (1993). Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta Wacana University Press.
Sudikan, Yuwana Setya. (2020). Kearifan Budaya Lokal. Sidoarjo: Tankali.
Sumarsono. (2009). Sosiolinguistik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Taum, Yapi Yosep. (1997). Kisah Wato Wele-Lia Nurat: dalam Tradisi Puisi Lisan Flores Timur. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia dan Yayasan Asosiasi Tradisi Lisan.
Taum, Yapi Yosep. (2011). Studi Sastra Lisan. Yogyakarta: Lamalera.