Eksistensi Puisi dan Kekontemporerannya sebagai Perintis Sastra Indonesia

  • Ibnu Wahyudi Universitas Indonesia
Keywords: awal sastra Indonesia, puisi, sastra Indonesia abad ke-19, sejarah sastra

Abstract

Artikel ini membahas puisi dan peranannya sebagai penanda awal keberadaan sastra Indonesia. Tradisi penelitian sastra di Indonesia, khususnya berkenaan dengan populasi dan identitas, masih kurang mendapatkan perhatian. Sebagai akibatnya, dalam konteks sejarah sastra Indonesia, terjadi pengulangan terhadap pernyataan peneliti terdahulu karena para penulis sejarah sastra pada umumnya tidak mendasarkan pandangan pada keberadaan karya sastra. Sementara itu, peta sastra Indonesia memang masih banyak rumpangnya. Sumber data penelitian ini adalah buku-buku karya sastra, khususnya puisi yang dipublikasi pada abad ke-19. Analisis dan pemaknaan data dilakukan secara kronologis, tematik, dan kontekstual.Hasil penelitian menunjukkan bahwa populasi puisi yang mendominasi kehidupan sastra dan keberadaannya menguatkan identitas dan perannya sebagai perintis sastra Indonesia. Ekspresi bahasa, bentuk, dan isi menunjukkan bahwa puisi-puisi yang terbit pada abad ke-19 menunjukkan kekontemporeran kehidupan sehari-hari yang dinyatakan sesuai dengan zamannya.

References

Adam, A. (2003). Sejarah awal pers dan kebangkitan kesadaran keindonesiaan. Terj. A. Loebis dan M. Joebhaar. Jakarta: Hasta Mitra, Pustaka Utan Kayu, Perwakilan KITLV-Jakarta.

Bangsjawan, S.J. (1857). Boek saier oetawa terseboet pantoen. Batavia: Lange & Co. Bogdan, R. dan Taylor, S.J. (2015). Introduction to qualitative research: A guidebook and

resource. New Jersey: John Wiley & Sons, Inc.

Burke, B.A. (2018). A close look at close reading: Scaffolding students with complex texts

dalam https://nieonline.com; diunduh dalam bentuk pdf, 25 Mei.

Firdausi, F.A. (2020). Sejarah G. Kolff & Co, penerbit paling sukses era kolonial, dalam https://tirto.id/sejarah-g-kolff-co-penerbit-paling-sukses-era-kolonial-fVpK; diunduh 20 Desember 2020.

Groeneboer, K. (1995). Jalan ke barat: Bahasa Belanda di Hindia Belanda, 1600-1950, (Terj. J. Augusdin). Jakarta: Erasmus Taalcentrum.

H.G.L. (1858). Pantoon melajoe sama tjerita aneh-aneh poor orang-orang, njang soekakh ketawa. Leyden: A.W. Sythoff.

Hartoko, D. dan Nieuwenhuys, R. (1979). Bianglala sastra: bunga rampai sastra Belanda tentang kehidupan di Indonesia. Jakarta: Djambatan.

Hoessen, M. (1863). Sair tjarita orang pamales, Batavia: Kangdjeng Goepernement.

Maradjalan, B. (1891). Sjair nasehat bagi sekalian penggawaj. Betawi: t.n.p.

Maradjalan. (1867). Saër nasehat orang berboeat djahat dan saër negri batawi. Batavia: Lange & Co.

Oeij Tjoen Bin. (1889)Satoe pladjaran baik bagei orang lelaki dan prampoean. Batavia: Yap Goan Ho.

Pengarang Tidak Diketahui. (2000). Sair kadatangan Sri Maharaja Siam di Betawi (1870), Marcus A.S. dan P. Benedanto, (Eds.), Kesastraan Melayu Tionghoa dan kebangsaan Indonesia. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia. [Pattinama. 1871. Sair kadatangan Sri Maharadja Siam di Betawi. Batavia: Ogilvie & Co. Catatan: karya asli belum diperoleh].

Tan, H.L. (1888). Boekoe adjaran anak-anak menoeroet boekoe Tjina Biat Kiat King. Soerabaija: Firma Gebr. Gimberg & Co.

Tan, T.K. (2000). Sya’ir jalanan krèta api: ya’itu Bataviasche Oosterspoorweg dengan personeelnya bij gelegenheid van opening der lijn Cikarang-Kedung Gedé (1890), ed. Marcus A.S. dan P. Benedanto, Kesastraan Melayu Tionghoa dan kebangsaan Indonesia (1890). Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia. 1890. [Sja’ir djalanan kreta api ja’itoe Bataviasche Oosterspoorweg dengan personeelnja bij gelegenheid van opening der lijn Tjikarang-Kedoeng Gede. Batawi: Alex Regensburg].

Hofman, W., Wisneski, D.C., Brandt, M.J. Skitka, L.J. (2014). Morality in everyday life, Science, Vol 345, Isu 6202, September.

Lincoln, Y.S. dan Guba, E.G. (1985). Naturalistic inquiry. Beverly Hills: Sage Publications. Makmur, D., et al. (1993). Sejarah pendidikan di Indonesia zaman penjajahan. Jakarta:

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Moriyama, M. (2004). Ketika sastra dicetak: Perbandingan tradisi tulisan tangan dan cetakan dalam bahasa Sunda pada paruh kedua abad ke-19. Makalah pada Konferensi XV HISKI, 25-27 Agustus di Manado.

Moriyama, M. (2005). Semangat baru: Kolonialisme, budaya cetak, dan kesastraan Sunda abad ke-19 (Terj. Suryadi). Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia.

Moore, C.N., ed. (1978). Insulinde: Selected translation from Dutch writers of three centuries on the Indonesian archipelago. Hawaii: The University Press of Hawaii.

Muthari, A.H.W. (1999). Kembali ke akar kembali ke sumber: Esai-esai sastra profetik dan sufistik. Jakarta: Pustaka Firdaus.

Ong, W.J. (1995). Orality & literacy: The technologizing of the word. London dan New York: Routledge.

Pishosta, H.F. (2015). Dulce et utile: A pedagogical inquiry into Rumi’s story of the lion and the beasts of chase, Mediterranian journal of social sciences, Vol. 6 No. 6 S1, November.

Ricklefs, M.C. (2008). A History of modern Indonesia since c. 1200. (Edisi Keempat). New York: Palgrave Macmillan.

Safi, L. (2017). On the brink: Identity and language in the poetry of Arab-American Women, The comparatist, Vo. 41, Project MUSE, doi:10.1353/com.2017.0017

Said, T. (1988). Sejarah pers nasional dan pembangunan pers pancasila. Jakarta: CV Haji Masagung.

Salleh, S.H.H. (2001). Kesusasteraan Melayu tradisional: Liku-liku sejarah dalam interpretasi, Persuratan Melayu: Dari lontar ke layar (Ed. Sidek Fadzil, dkk). Kuala Lumpur: Jabatan Persuratan Melayu, Fakulti Sain Kemasyarakatan & Kemanusiaan.

Salmon, C. (1981). Literature in Malay by the Chinese of Indonesia: A provisional annotated bibliography. Paris: Editions de la Maison des Sciences de l’Homme.

Suryomihardjo, A. dan L. Suryadinata. (2002). Pers di Indonesia: Ikhtisar perkembangan sampai 1945, Beberapa segi perkembangan sejarah pers di Indonesia, oleh A. Suryamohardjo, dkk. Jakarta: Buku Kompas.

Sykorsky, W.V. (1980). Some additional remarks on the antecedents of modern Indonesian literature, Bijdragen tot de taal-, land-, en volkenkunde, 136 (4e).

Teeuw, A. (1984). Boekbesprekingen: Literature in Malay by the Chinese of Indonesia by Claudine Salmon, Bijdragen tot de taal-, land- en volkenkunde, deel 140 (4e).

Vlekke, B.H.M. (1960). Nusantara: A history of Indonesia, Leyden, The Hague: W. Van Hoeve.

Warnk, H. (2007). The role of translations in the development of modern Malay literature, 1850–1950, Journal of the Malaysian branch of the royal Asiatic society, Vol. 80, No. 1 (292), Juni.

Watson, C.W. (1971). Some preliminary remarks on the antecedents of modern Indonesian literature,” Bijdragen tot de taal-, land- en volkenkunde, 127, No. 4.

Zaini-Lajoubert, M. (1996). Syair cerita Akbari karya Lie Kim Hok (1884), penjelmaan syair Abdul Muluk, Sastra peranakan Tionghoa Indonesia (Ed. L. Suryadinata). Jakarta: Grasindo.

Published
2023-02-28
How to Cite
Wahyudi, I. (2023). Eksistensi Puisi dan Kekontemporerannya sebagai Perintis Sastra Indonesia. Arif: Jurnal Sastra Dan Kearifan Lokal, 2(2), 177 - 201. https://doi.org/10.21009/Arif.022.01