Membaca Praktik Pengelolaan Tari Topeng Lengger Wanasaban: Antara Aset dan Industri Budaya

  • Faris Alaudin Departemen Ilmu Susastra, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia
Keywords: aset budaya, industri budaya, praktik pengelolaan, tari topeng lengger Wanasaban, tradisi lisan

Abstract

Tari topeng lengger, yang berkembang di wilayah geografi budaya Wonosobo, sintas sebagai pertunjukan seni tradisi yang populer. Menjamurnya grup kesenian topeng lengger di Wonosobo menjadikan daya saing mereka dalam berebut pasar makin ketat saja. Grup Kesenian Rukun Putri Budhaya, yang menjadi patron kesenian topeng lengger di Wonosobo, tidak luput dari arus dinamika seni tradisi ini. Penelitian ini bertujuan untuk melihat praktik pengelolaan tari topeng lengger grup kesenian Rukun Putri Budhaya dalam menegosiasi pasar. Metode etnografi dan pendekatan kajian tradisi lisan digunakan sebagai kacamata dalam menganalisis praktik pengelolaan topeng lengger sebagai modal budaya oleh Rukun Putri Budhaya. Sebagai hasil, Rukun Putri Budhaya menjadikan tari topeng lengger sebagai aset budaya sekaligus industri budaya. Melalui Sanggar Ciptaning, Rukun Putri Budhaya hadir untuk menyebarluaskan tradisi topeng lengger sebagai aset budaya. Selain itu, lewat gelaran wisuda lengger, Rukun Putri Budhaya mengomodifikasi topeng lengger untuk dikomersialisasikan.

References

Akbar, S., Noviyanti, E., Khadijah, U.L.S., dan Nugraha, A. (2019). Wisuda Lengger Giyanti Sebagai Daya Tarik Wisata di Kabupaten Wonosobo. Tornare 1(1): 22–30.

Anoegrajekti, N., Macaryus, S., & Sariono, A. (2019). Etnografi Seni Tradisi dan Ritual Banyuwangi. Yogyakarta: Best Publisher.

Arps, B. (peny.). (1993). Performance in Java and Bali: Studies of Narrative, Theatre, Music, and Dance. London: The School of Oriental and African Studies, University of London.

Brakel-Papenhuyzen, C. (1995). “Javanese Talèdhèk and Chinese Tayuban.” Bijdragen Tot de Taal-, Land- En Volkenkunde/Journal of the Humanities and Social Sciences of Southeast Asia 151(4): 545—69. doi: 10.1163/22134379-90003028.

Budiyanto, A.E. (2019). Nilai-Nilai Budaya Topeng Lengger di Giyanti Wonosobo. Universitas Negeri Semarang.

Budiyanto, A.E., Triyanto, dan Muh. Ibnan Syarif. (2019). The Javanese Cultural Values in Lengger Giyanti Mask, Wonosobo. Catharsis 8(2): 181–188.

Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Wonosobo. (2018). Dokumen Pengesahan Kelompok Seni Subsektor Seni Pertunjukan Kabupaten Wonosobo. Wonosobo.

Endraswara, S. (2006). Mistisisme Dalam Seni Spiritual Bersih Desa di Kalangan Penghayat Kepercayaan. Kejawen 1(2): 38–61.

Griyanti, H.E., Sunardi., dan Warto. (2018). Digging the Traces of Islam in Baritan Tradition. International Journal of Multicultural and Multireligious Understanding 5(3): 52–59. doi: 10.18415/ijmmu.v5i3.147.

Handayani, T., dan Putro, B.H. (2017). Makna Simbolik Tari Lengger Solasih di Sanggar Satria. JST: Jurnal Seni Tari 6(1).

Hobsbawm, E. (1986). Introduction: Inventing Traditions. Hlm. 1–14 dalam The Invention of Tradition, penyunting E. Hobsbawm and T. Ranger. Cambridge: Cambridge University Press.

Hobsbawm, E., dan Ranger, T. (peny.). (1986). The Invention of Tradition. Cambridge: Cambridge University Press.

Hughes‐Freeland, F. (1993). Golék Ménak and Tayuban: Patronage and Professionalism in Two Spheres of Central Javanese Culture. Hlm. 91–122 dalam Performance in Java and Bali: Studies of Narrative, Theatre, Music, and Dance, penyunting B. Arps. London: The School of Oriental and African Studies, University of London.

Hughes‐Freeland, F. (1990). Tayuban: Culture on the Edge. Indonesia Circle. School of Oriental & African Studies. Newsletter 18(52): 36–44. doi: 10.1080/03062849008729735.

Julianto, T., Setiawan, R., dan Harianja, R.F. (2021). Local-Social Wisdom in the Nyadran Tradition as a Means of Gathering. Budapest International Research and Critics in Linguistics and Education Journal 4(2): 830–836. doi: 10.33258/birle.v4i2.1862.

Koderi, M. (1991). Banyumas: Wisata dan Budaya. Edisi pertama. Purwokerto: Metro Jaya.

Kurnianto, E.A. (2020). “Kearifan Lokal dalam Parikan Topeng Lengger Wonosobo.” Undas 16(1): 47–64.

Kusumawardani, I. (2013). Makna Simbolik Tari Sontoloyo Giyanti Kabupaten Wonosobo. JST: Jurnal Seni Tari 2(1): 1–8.

Lord, A.B. (1978). The Singer of Tales. Massachusetts: Harvard University Press.

Lupikaningtyas, W.W. (2014). Bentuk Tari Lengger Solasih Sanggar Satria Kabupaten Wonosobo. Hlm. 371–375 dalam Seminar Nasional Evaluasi Pendidikan Tahun 2014.

Lysloff, R.T.A. (2002). Rural Javanese ‘Tradition’ and Erotic Subversion: Female Dance Performance in Banyumas (Central Java). Asian Music 33(1): 1–24. doi: 10.2307/834230.

Maro’atussofa, C., dan Kusumastuti, E. (2019). Profesionalitas Penari Lengger Grup Pager Tawon Wonosobo. JST: Jurnal Seni Tari 8(2): 150–160.

Nugroho, M.Y.A., Wuryanto, A., Gaban, F., Abdillah, E., dan Wachid, F. (2020). Ensiklopedia Wonosobo: Kebudayaan. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.

Pranyoto, D. (2021) 18 Maret. Wawancara personal.

Pudentia MPSS. (2007). Hakikat Kelisanan dalam Tradisi Melayu Mak Yong. Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia.

Pudentia MPSS. (2015a). Ketika Peneliti Harus ‘Bercerita’ Tentang Tradisi Lisan. Hlm. 439–449 dalam Metodologi Kajian Tradisi Lisan, penyunting P. MPSS. Jakarta: Asosiasi Tradisi Lisan dan Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

Pudentia MPSS (peny.). (2015b). Metodologi Kajian Tradisi Lisan. Jakarta: Asosiasi Tradisi Lisan dan Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

Salvatore, C.L. (peny.). (2018). Cultural Heritage Care and Management: Theory and Practice. Lanham, Maryland: Rowman & Littlefield.

Salvatore, C.L., dan Lizama, J.T. (2018). Cultural Heritage Components. Hlm. 3–16 dalam Cultural Heritage Care and Management: Theory and Practice, penyunting C.L. Salvatore. Lanham, Maryland: Rowman & Littlefield.

Shahab, Y.Z. (2003). Identitas dan Otoritas: Rekonstruksi Tradisi Betawi. Depok: Laboratorium Antropologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia.

Spradley, J. P. (1997). Metode Etnografi. Tiara Wacana. http://library.fis.uny.ac.id/opac/index.php?p=show_detail&id=1293.

Spradley, J. P. (2016). Ethnographic Interview. In The SAGE Encyclopedia of Communication Research Methods. Waveland Press, Inc. https://doi.org/10.4135/9781483381411.n168.

Sunaryadi. (2000). Lengger: Tradisi dan Transformasi. Yogyakarta: Yayasan untuk Indonesia.

Tol, Roger dan Pudentia MPSS. (1995). Tradisi Lisan Nusantara: Oral Traditions from the Indonesia Archipelago, a Three-Directional Approach. Warta ATL 1(1): 2–6.

Turner, A. (1997). Cultural Survival, Identity and the Performing Arts of Kampar’s Suku Petalangan. Bijdragen Tot de Taal-, Land- En Volkenkunde / Journal of the Humanities and Social Sciences of Southeast Asia 153(4): 648–71. doi: 10.1163/22134379-90003919.

Vansina, J. (1985). Oral Tradition as History. Melton: James Currey Publishers.

Winarti, S. (2021). 17 Maret. Wawancara Personal.

Wuryanto, A. (2018). Tari Topeng Lenggeran Wonosobo: Antara Magic Religius dan Profan. Wonosobo: Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Wonosobo.

Wuryanto, A. (2021). 24 Maret. Wawancara personal.

Yusantari, D.R. (2017). Fungsi Tari Lengger Punjen dalam Upacara Nyadran Tenongan Di Dusun Giyanti Desa Kadipaten Kecamatan Selomerto Kabupaten Wonosobo. Greget 16(2): 104–115.

Published
2023-02-28
How to Cite
Alaudin, F. (2023). Membaca Praktik Pengelolaan Tari Topeng Lengger Wanasaban: Antara Aset dan Industri Budaya. Arif: Jurnal Sastra Dan Kearifan Lokal, 2(2), 349 - 366. https://doi.org/10.21009/Arif.022.09