Tradisi Lisan Ngabeluk pada Masyarakat Sunda: Hegemoni dan Representasi Identitas

  • Dinni Nurfajrin Universitas Suryakancana
Keywords: adaptasi, hegemoni, ngabeluk, representasi identitas

Abstract

Penelitian ini bertujuan mengungkapkan dinamika hegemoni atas tradisi Ngabeluk, representasi identitas yang di tampilkan oleh komunitas  seni tradisi. Penelitian ini diawali bulan meret 2019 sampai dengan februari 2022. Adapun lokasi penelitiannya berada di Desa Rancakalong RT. 01 RW08 Kecamatan Rancakalong Kabupaten Sumedang. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode etnografi. Keterlibatan peneliti dalam melakukan etnografi dilakukan dengan interview mendalam dengan bahasa sumber yakni bahasa Sunda dan berkesinambungan dalam observasi partisipan dari suatu situasi. Berdasarkan hasil temuan,  tradisi Ngabeluk telah beradaptasi dengan berbagai macam dasar dan alasan  seperti Negara, pasar, dan juga agama. Perubahan lainnya ditemukan dalam maksud serta tujuan pertunjukan. Adaptasi yang dilakukan oleh para penembangnya sebagai bentuk pemertahanan tradisi oleh pelaku budaya menghadapi relasi kuasa pemerintah, agama dan pasar, tradisi Ngabeluk membentuk tujuh representasi identitas yakni; 1) Beluk sebagai media komunikasi, 2) Beluk Magawe,3) Beluk Rengkong, 4) Beluk Rudat, 5) Beluk Saman, 6) Beluk Badud, dan 7) Beluk wawacan. Berdasarkan ketujuh representadi identitas diperoleh pengertian baru, seni Beluk di Rancakalong bukan hanya seni membaca Wawacan atau seni berkomunikasi antar pertani di Huma atau Sawah. Kini yang disebut sebagai seni Beluk adalah kesenian-kesenian yang dipertunjukan dengan ciri khas nada tinggi (nada Beluk).

References

Anoegrajekti, N. (2006). Gandrung Banyuwangi: Pertarungan Pasar, Tradisi, dan Agama Memperebutkan Representasi Identitas Using. Disertasi Jakarta: Program Pascasarjana FIB Universitas Indonesia. Naskah Tidak Diterbitkan.

Anoegrajekti, N. (2016). Optimalisasi Seni Pertunjukan Kontensasi Negara, Pasar, dan Agama. Penerbit Ombak.

Anoegrajekti, N., Macaryus, S., Iskandar, I., Attas, S.G., Sunarti, S., dan Saddhono, K. (2021). Optimization Pillars of Potential Culture and Creative Industry in Banyuwangi, East Java, Indonesia. Psychology and Education, 58(3), 2025–2032. www.psychologyandeducation.net

Becker, J., Kunst, J., dan Heins, E. L. (1975). Music in Java; Its History, Its Theory and Its Technique. Ethnomusicology. https://doi.org/10.2307/850365.

Burke, P. (2011). Sejarah dan Teori Sosial. Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

Cipta, F., Gunara, S., dan Sutanto, T. S. (2020). Seni beluk Cikondang Indigenous Village reviewed from the perspective of music education. Humaniora, 11(1), 1-6.

Comaroff, J. L., dan Comaroff, J. (2009). Ethnicity Inc. Chicago University Press.

Danasasmita, S. (2003). Nyucruk Sajarah Pakuan Jeung Prabu Siliwangi. PT Kiblat Utama.

Gramsci, A. (2000). Sejarah dan Budaya. Pustaka Promethea.

Hall, S. (1977). Representation Cultural Representations and Signifying Practices dalam S. Hall. (ed). In The Encyclopedia of Applied Linguistics. SAGE Publications Ltd 6 Bonhill Street London EC2Á 4PU SAGE Publications Inc. https://doi.org/10.1002/9781405198431.wbeal0300.

Hidayat, K. (2020). Negara, Pasar, dan Agama. Kompas.Id. https://www.kompas.id/baca/opini/2020/09/18/negara-pasar-dan-agama/.

Kurnia, G., dan Nalan, A. S. (2003). Deskripsi kesenian Jawa Barat. Kerjasama Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Jawa Barat [dengan] Pusat Dinamika Pembangunan, Unpad.

Lahpan, N. Y. K. (2019). Islamic Musical Forms and Local Identity in Post-Reform Indonesia. Bijdragen Tot de Taal-, Land- En Volkenkunde. https://doi.org/10.1163/22134379-17502003.

Ningsih, D. N., dan Erdlanda, F. M. C. (2018). Nilai Pendidikan dalam Kesenian Rengkong di Cianjur Jawa Barat: Kajian Etnopedagogi. Bina Edukasi, 11(1), 1–12.

Nuroniah, N. R. (2012). Upacara Daur Hidup Masyarakat Rancakalong : Edisi Teks dan Terjemahan [Universitas Padjajaran]. http://jurnal.unpad.ac.id/ejournal/article/view/1639/1623.

Oktaviany, D., dan Ridlo, M. R. (2018). Jaranan Kediri : Hegemoni Dan Representasi Identitas. Journal of Development and Social Change, 1(2), 127–136.

Peraturan. (2020). Peraturan Daerah Kabupaten Sumedang No. 20 Tahun 2020.

Rosidi, A. (2000). Ensiklopedi Sunda., Alam, Manusia dan Budaya. Pustaka Jaya.

Ruhaliah. (2018). Wawacan Sebuah Genre Sastra Sunda. Pustaka Cakra.

Satriadi, Y. P. (2008). Seni Beluk dan Fungsinya di Masyarakat.

Septa, S., dan Heriyanto, H. (2020). Gaok’s Oral Tradition Document Management as a Manifestation of Cultural Preservation in The Library. Record and Library Journal. https://doi.org/10.20473/rlj.v6-i1.2020.89-98.

Siswati, E. (2018). Anatomi Teori Hegemoni Antonio Gramsci. Translitera : Jurnal Kajian Komunikasi dan Studi Media, 5(1), 11–33.

Soedarsono. R.M. (2002). Seni Pertunjukan Indonesia di Era Globalisasi. Gadjah Mada University Press.

Spradley, J. P. (2006). Metode Etnografi (terjemahan). In Metode Etnografi (terjemahan).

Undang-Undang. (2017). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 tentang Pemajuan Kebudayaan.

Van Eck, N. J., dan Waltman, L. (2020). VOSviewer Manual version 1.6.16. CWTS Meaningful Metrics, September. https://www.vosviewer.com/download/f-33t2.pdf.

Yoeti, O. A. (2013). Pemasaran Pariwisata Terpadu. Angkasa.

Published
2023-08-31
How to Cite
Nurfajrin, D. (2023). Tradisi Lisan Ngabeluk pada Masyarakat Sunda: Hegemoni dan Representasi Identitas . Arif: Jurnal Sastra Dan Kearifan Lokal, 3(1), 24-42. https://doi.org/10.21009/Arif.031.02