Eksistensi Cerita Rakyat dan Fungsinya dalam Kehidupan Masyarakat di Manggarai Timur

  • Ni Wayan Sumitri Universitas PGRI Mahadewa Indonesia

Abstrak

Tulisan ini membahas eksistensi cerita rakyat dan fungsinya dalam kehidupan masyarakat di Manggarai Timur yang kini semakin dilupakan terutama oleh para generasi mudanya. Karenanya penelitian ini dilakukan. Fokus kajiannya pada aspek isi salah satu cerita mitos yaitu Tiwu Inding yang dikaji secara tekstual dalam perspektif etnolinguistik dan foklor untuk mengungkap kebermaknaan cerita rakyat dalam fungsinya sebagai pedoman dalam kehdupan masyarakat pendukungnya yaitu masyarakat Manggarai Timur. Data diperoleh secara etnografi melalui metode simak-catat dan wawancara, serta didukung oleh studi kepustakaan. Data dianalisis secara deskriptif-kualitatif dengan metode induktif. Temuan menunjukkan bahwa keberadaan cerita rakyat di Manggarai Timur memiliki berbagai versi cerita karena diwadahi oleh enam bahsa lokal yang berbeda yaitu bahasa Manggarai, Manus, Mbaen, Rongga, Rajong dan Kepo. Cerita rakyat tersebut memiliki makna penting bagi kehidupan masyarakat pemiiknya dalam fungsinya sebagai sarana hiburan, religius, pemersatu dan pemertahanan nilai budaya serta sebagai sarana kontrol sosial.

Referensi

Arka, I.W. dan Ture, I. (2011). Nunu Nange Ngaja Rongga: Cerita Bahasa Rongga. Yogyakarta: Moya Zama Zam Printika.

Bungin, B. (2007). Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Prenada Media.

Danandjaya, James. (1991). Foklor Indonesia, Ilmu Gosip, Dongeng dan Lain-lain. Jakarta: Temprit.

Duranti, A. (1997). Linguitik Anthropology. Cambridge: Cambridge University Press.

Emzir dan Rohma, S. 2015. Teori dan Pengajaran Sastra. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Faisal, S. (1990). Penelitian Kualitatif: Dasar-dasar dan Aplikasi. Malang: Yayasan Asih Asah Asuh (YA3).

Foley, W. A. (1997). Anthropological Linguistics: An Introduction. Oxford: Blackwell.

KBBI. (2001). Ciri-ciri Mitos. Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Laudasi, A.V. (2017). Cerita Rakyat Suku Gunung di Kampung Lete Manggarai Timur dan Relevansinya Bagi Kehidupan Masyarakat Lete, Buletin Sastra Lezong Latang Natar: Senandung Anak Gunung. Komunitas Mahasiswa Asal desa Gunung.

Nasrimi. (2021). Mitos-mitos dalam Kepercayaan Masyarakat. Serambi Akademica (serambimekkah.ac.id).

Ngapan, B. 2020. Nengon. Ene Ingga Ague ma Ema Ingga. Lamalera Lembata: Penerbit Ikan paus.

Palmer, G.B. (1996). Toward a Theory of Cultural Linguistics. Austin: The University of Texas Press.

Palmer, G. B., and Sharifian, F. (2007). Applied cultural linguistics: an emerging paradigm. In Applied Cultural Linguistics. Edited by Farzard Sharifian and Gary B. Palmer. Amsterdam: John Benjamin.

Roslyn, M.F. (2014). Cultural linguistics and the future agenda of research on language and culture. In Farzad Sharifian (ed.), The Routledge of Language and Culture. London/New York: Routledge, pp. 493-512.

Sibarani, R. (2012). Kearifan Lokal: Hakikat, Peran, dan Metode Tradisi Lisan. Jakarta: Diterbitkan oleh ATL.

Spradley, J.P. (1997). Metode Etnografi. Diterjemahkan oleh Misbah Zulfa Elizabeth. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya.

Sudikan, S.Y. (2001). Metode Penelitian Kebudayaan. Surabaya: Unesa Unipress bekerjasama dengan Citra Wacana.

Sumitri, Ni Wayan, Widiastuti, Ni Wayan, Sudarti, Ni Wayan. (2022). Budaya dan Ragam Cerita Rakyat Manggarai Timur. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

Vansina, J. (1985) Oral Tradition as History. Wisconsin: The University of Wisconsin Press.

Whorf, B. L. (2001). “The relationship of habiatual thought and behavior to language”. In Linguistic Anthropology: A Reader. Edited by Alessandro Duranti. Massachussets: Blackwell.

Diterbitkan
2023-08-31