Wacana Kolonial, Pascakolonial, dan Ketionghoaan dalam Perempuan Bernama Arjuna 6 dan Boenga Roos dari Tjikembang

Authors

  • Corvi Russida Universitas Gadjah Mada

DOI:

https://doi.org/10.21009/Arif.041.08

Keywords:

Chinese descent, colonial discourse, postcolonial discouse

Abstract

This research aims to reveal colonial and postcolonial discourses by comparing two novels born in different political and historial situations, namelu Boenga Roos dari Tjikembang published in 1927 and Perempuan Bernama Arjuna 6: Sundanologi dalam Fiksi which published in 2017, as well as understanding Chinese-ness of the two authors who are Chinese descent and non Chinese descent respectively. With time span of almost 100 years, there will certainly be many differences in ideas. This research focuses its analysis on the discourse of Chinese-ness as well as colonial and postcolonial discourses in the two novels. There are 1) colonial discourse in the form of mimicry concept is found in the novel Boenga Roos dari Tjikembang 2) Postcolonial discourse in the form of ambivalence is found in the novel Perempuan Bernama Arjuna 6: Sundanologi dalam Fiksi.

References

A.S., M. dan B. (penyunting). (2001). Kesastraan Melayu Tionghoa dan Kebangsaan Indonesia Drama di Boeven Digul. Jakarta: KPG.

Damono, S. (2009). Sastra Bandingan Kajian Ringkas. Ciputat: Editum.

Faruk. (1999). Mimikri dalam Sastra Indonesia. Jurnal Kalam Edisi 14.

Herleni, S. (2018). Sikap Hidup Peranakan Tionghoa dalam Novel Ca-Bau-Kan Karya Remy Sylado. Madah: Jurnal Bahasa dan Sastra, 8(2), 177.

Hermawan, S. (2018). Tionghoa dalam Ca-Bau-Kan. Jakarta: KPG.

Hoay, Kwee Tek. (1927). Boenga Roos dari Tjikembang.

Lamparter, U. (2019). Homo Homini Lupus: Wer ist das Subjekt? Forum Der Psychoanalyse, 35(4), 429–431. https://doi.org/10.1007/s00451-019-00371-8

Langemeyer, P. (2021). Bhabha, Homi K. In Kindlers Literatur Lexikon (KLL). https://doi.org/10.1007/978-3-476-05728-0_1585-1

Nieuwenhuys, R., & Beekman, E. M. (1982). Mirror of the Indies: a history of Dutch colonial literature. University of Massachusetts Press.

Nuralang, A. (2002). Imigran Cina: Peranannya dalam Sejarah Perdagangan di Indonesia. Berkala Arkeologi, 22(1), 58–65.

Salmon, C. (2010). Sastra Indonesia Awal: Kontribusi Orang Tionghoa. Jakarta: KPG.

Susanto, D. (2011). Pernyaian dalam Masyarakat Tionghoa: Refleksi dalam Sastra Peranakan Tionghoa.

Susanto, D. (2015). Masyarakat Peranakan Tionghoa dalam Karya Sastra Peranakan Tionghoa Indonesia pada Paruh Pertama Abad XX: Kajian Sosiologi Sastra. Disertasi Program Doktoral Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada 2015.

Sylado, R. (2017). Perempuan Bernama Arjuna 6: Sundanologi dalam Fiksi. Bandung: Nuansa Cendekia.

Yulianti. (2017). Jejak Buddhisme dalam Novel Karya Kwee Tek Hoay Boenga Roos dari Tjikembang: Perspektif Fenomenologi. SASDAYA, Gadjah Mada Journal of Humanities, 2(1), 255–266.

Downloads

Published

2025-01-29

How to Cite

Russida, C. (2025). Wacana Kolonial, Pascakolonial, dan Ketionghoaan dalam Perempuan Bernama Arjuna 6 dan Boenga Roos dari Tjikembang. Arif: Jurnal Sastra Dan Kearifan Lokal, 4(1), 133 – 148. https://doi.org/10.21009/Arif.041.08