Narrative Analysis of Moral Messages Narrated in Coco Animation Film
DOI:
https://doi.org/10.21009/ISLLAE.01238Keywords:
Film, Analisis Naratif, Pesan Moral, COCOAbstract
Paul Smith (1976:81) mengungkapkan pentingnya posisi film sebagai sebuah dokumen. Film animasi Coco yang merupakan film bergenre fantasi musikal produksi Disney Pixar memenangkan piala Oscar dan Golden Globe sebagai film animasi terbaik. Selain itu film yang berlatar budaya Meksiko mendominasi Box Office dunia ini sepanjang 2017. Oleh karena itu sangat menarik untuk mengetahui bagaimana film ini disusun sedemikian rupa dalam sebuah narasi untuk menyampaikan pesan moral tertentu. Analisis naratif Tzyetan Todorov dipergunakan dalam penelitian ini untuk mengetahui bagaimana komponen-komponen film dibagi ke dalam story dan plot. Todorov mengartikan bahwa naratif terdiri dari story dan plot. Story adalah kejadian-kejadian yang telah terjadi dan masih terus berlangsung. Sementara Plot adalah adegan-adegan fisik dan latar belakang yang disajikan kepada penonton film yang mendukung cerita yang dimaknai tersebut. (dikutip dari Ida, 2014: 152). Todorov membagi cerita menjadi tiga bagian, bagian keseimbangan, gangguan dan kembali ke keseimbangan. Film Coco tentang seorang anak berusia 12 tahun bernama Miguel Rivera yang berusaha meraih mimpinya menjadi musisi ditengah larangan bermusik di dalam keluarganya. Melalui analisis naratif tersebut dapat disimpulkan bahwa bagian keseimbangan pertama dalam film animasi Coco ditunjukkan melalui kehormanisan yang tampak pada rutinitas keluarga besarnya menjelang perayaan Hari Orang Mati, De Muertos. Gangguan terjadi melalui adanya konflik antara keinginan Miguel menjadi musisi dengan larangan menyentuh musik dari keluarga besaranya. Gangguan mencapai klimaks, ketika nenek buyutnya, Abuelita merusak gitar Miguel dan membuat Miguel berlari sambil menangis dan mengatakan tidak ingin berada di keluarga Rivera. Sementara itu, upaya untuk memperbaiki gangguan tampak dari kengototan Miguel mengikuti kompetisi musik di Mariachi Plaza. Bukannya berhasil, Miguel malah terdampar ke dunia arwah. Pemulihan menuju keseimbangan terjadi ketika Miguel mengetahui bahwa kakeknya tidak menelantarkan keluarga demi menjadi musisi, namun ia dibunuh oleh penyanyi tenar Meksiko, Ernesto de la Cruz, melainkan Hector. Pengetahuan atas hal ini membuat Mama Imelda akhirnya mau memberikan restu kepada Miguel untuk terus menekuni dunia musik. Adapun pesan moral dalam film ini diantaranya adalah nilai penghormatan kepada leluhur, nilai untuk mengutamakan keluarga dan nilai keuletan untuk mengejar mimpi.