Instilling Cultural Competences on Senior High School Students through Learning Analytical Exposition Writing

  • Eva Leiliyanti Prodi Sastra Inggris Universitas Negeri Jakarta
  • Eka Nurcahyani Prodi Sastra Inggris Universitas Negeri Jakarta
  • Diyantari Prodi Sastra Inggris Universitas Negeri Jakarta
Keywords: Toleransi, Keterbukaan, Eksposisi Analitis, SMAN 51 Jakarta

Abstract

Apa yang disebut gerakan radikal di Indonesia telah menjadi salah satu perhatian utama pemerintah. Penetrasi ke dalam kehidupan akademik telah dituduh oleh para analis dan kritikus sebagai hasil dari Gerakan Reformasi yang gagal menanamkan toleransi dan inklusifitas (sebagai bagian dari kompetensi budaya) dalam hal ini dalam pikiran Siswa-Siswa Sekolah Menengah Atas di Jakarta. Data studi kasus ini diambil dari proses belajar siswa pada penulisan eksposisi analitik di SMAN 51 Jakarta. Sekolah ini dipilih karena mewakili posisi median (nomor 37 untuk Program Ilmu Pengetahuan Alam dan 36 untuk program Ilmu Sosial dari semua Sekolah Menengah Atas di Jakarta (114 sekolah)) Ini dilakukan dengan mengamati dan mengevaluasi proses belajar siswa (kelas 11) tentang bagaimana menulis eksposisi analitis tentang toleransi dan isu-isu inklusif. Temuan awal menunjukkan bahwa proses pembelajaran dapat dilihat sebagai bagian dari kerangka kerja pencegahan strategis dari berbagai gerakan radikal di Indonesia. Hal ini memungkinkan siswa untuk secara linguistik menyuarakan dan memposisikan diri mereka pada masalah toleransi dan inklusif dengan mengidentifikasi serta mengkritik (dalam proses pembelajaran) mekanisme bagaimana hubungan kekuasaan dalam berbagai wacana yang diwakili pada teks dibangun. Dikatakan bahwa suara dan posisi siswa serta keterlibatan mereka dalam isu-isu tersebut (c) secara terang-terangan terwakili dalam tulisan mereka.

Published
2019-07-31