Tiban sebagai Tradisi Masyarakat Meminta Hujan di Desa Wajak Kidul Kecamatan Boyolangu Kabupaten Tulungagung: Ditinjau dari Kajian Semiotik

  • Yuni Masrokhah Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka, Jakarta
  • Novi Anoegrajekti Universitas Negeri Jakarta
  • Siti Gomo Attas Universitas Negeri Jakarta
Keywords: Tiban, tradisi, semiotik

Abstract

Tiban adalah tradisi masyarakat di Desa Wajak, Kecamatan Kidul, Kecamatan Boyolangu, Kabupaten Tulungagung saat meminta hujan pada musim kemarau panjang. Tiban adalah jenis tarian yang dibawakan dengan cara memperebutkan kekuatan dan daya tahan serta menggunakan pecut yang terbuat dari batang daun lontar diiringi dengan suara gamelan jawa. Penelitian ini bertujuan untuk 1) mengetahui ritual Tiban, 2) nilai-nilai yang terkandung dalam kesenian Tiban, dan 3) mengetahui makna yang terkandung dalam setiap tanda, penanda dan tanda yang ada pada kesenian Tiban. Teori yang digunakan adalah teori semiotika dari Ferdinand de Saussure dan beberapa referensi. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif ditinjau dari kajian semiotika. Sumber data berupa sumber kepustakaan dan hasil wawancara dari tokoh dan orang yang mengetahui tentang Tiban. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjawab awal mula Tiban itu, yaitu pada masa pemerintahan Tumenggung Surontani. Nilai-nilai yang terkandung dalam kesenian Tiban antara lain mengandung makna harapan akan sesuatu yang mulia demi kesuburan dan pelestarian alam. Ada pula peradaban manusia yang rela berkorban sebagai upaya mewujudkan sebuah harapan. Adanya cambuk, mantra atau doa, dan ritual yang dilakukan merupakan bukti adanya rambu, penanda dan penanda dalam kesenian Tiban.

Published
2021-12-24