LANDONG BAEUD: CARA KERJA LELUCON ORANG SUNDA DAN DIALEKTIKANYA SERTA RELEVANSINYA DALAM PEMBELAJARAN SASTRA

  • Ganjar Harimansyah Badan Bahasa, Kemendikbud
Keywords: jokes, folklor, Sundanese, dialectics, literature learning

Abstract

This paper describes the workings of Sundanese jokes in the book Landong Baeud (1978) and the dialectic of the Sundanese characteristic used as a means of expressing expression. The jokes are part of the Sundanese folklore. The jokes in Landong Baeud, as well as hummor, have a special anatomy. The way the joke works in its builders refers to stimulation and responses that emphasize change or perceived perceptions, either by surprising, memminget something, or game patterns (such as misunderstanding, analogies, irony, or ridicule). Furthermore, it will be described also about its relevance in literature learning.

Keywords: jokes, folklor, Sundanese, dialectics, literature learning

 

 

Abstrak

Tulisan ini memaparkan cara kerja lelucon berbahasa Sunda yang ada dalam buku Landong Baeud (‘Obat Merengut’, 1978) serta dialektika kesundaan yang digunakan sebagai alat pengungkapan ekspresinya. Lelucon-lelucon tersebut merupakan bagian dari folklor masyarakat Sunda. Lelucon-lelucon dalam Landong Baeud, seperti halnya hu­mor, memiliki anatomi khusus. Cara kerja lelucon yang ada di dalam pembangun ana­tominya mengacu pada stimulus dan respon yang menekankan pada perubahan atau per­be­daan persepsi, baik dengan cara mengejutkan, memelesetkan sesuatu, atau per­mainan pola pikir (seperti kesalahpahaman, analogi, ironi, atau ejekan). Selanjutnya, akan dijabarkan juga mengenai relevansinya dalam pembelajaran sastra.

Kata kunci: lelucon, folklor, bahasa sunda, dialektika, pembelajaran sastra

 

Published
2017-12-27