Case Studies Against Speech on Tone of Voice

Penulis

  • Soleh Ibrahim Universitas Muhammadiyah Tangerang, Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
  • Haerudin Haerudin Universitas Muhammadiyah Tangerang, Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

DOI:

https://doi.org/10.21009/AKSIS.050112

Kata Kunci:

speech delay disorder, speaking skills

Abstrak

This study aims to get an overview and uncover data on how subjects talk to others. Knowing the factors that cause the onset of speech in the subject. Describe the behavior of the subject when acting speech and apply healing efforts to the case. Interference or interference with speech is as follows. 1) Internal interfering, i.e. communication interruptions derived from the conveyer and the recipient of the message. 2) External interference, i.e. communication interruptions that arise from the environment or outside the recipient of the message. 3) Semantic interference, i.e. communication interruptions arising from conveyors and recipients of member messages of different meanings to the verbal or nonverbal symbols used.  Another opinion about speech disorders delivered by Nurjamal et al (2011:29) is speech tone disorder. The audience or listener is the most critical person in addressing the speaker. They will memorize exactly which speech tones vary where the tone of speech is monotonous. Not to mention, if the volume is small, while the room is large, it is perfect that the listener will feel disappointment. We, as speakers, should understand this well. We, as speakers, should understand this well. Whenever possible the tone of speech should not be the same as the tone people read, or as if talking to themselves. Volume and intonation or tone of speech should be clearly audible and varied. The data collection techniques in this study are observations and interviews. Interviews are conducted in an open and closed form. Observations that researchers record events in situations related to propositional knowledge as well as knowledge directly obtained from the data. The result of the diagnosis made by the researchers on this case is to conduct observations and interviews in a chain. Based on the remedial results there is a change although not yet a maximum of 100 percent, namely speaking in a low tone of voice. It seems that healing this problem takes a long time. Because all this can n’t be healed immediately maximum, but requires stages.

Keyword: speech delay disorder, speaking skills

 

                                                        

 

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran dan mengungkap data tentang cara subjek bertutur dengan orang lain. Mengetahui faktor-faktor penyebab timbulnya tindak tutur nada bicara pada subjek. Mendeskripsikan perilaku subjek ketika bertindak tutur dan menerapkan upaya penyembuhan pada kasus tersebut. Gangguan atau interferensi berbicara adalah sebagai berikut. 1) Intervensi internal, yaitu gangguan komunikasi yang berasal dari diri penyampai dan penerima pesan. 2) Interferensi eksternal, yaitu gangguan komunikasi yang muncul dari lingkungan atau di luar diri penerima pesan. 3) Interferensi semantik, yaitu gangguan komunikasi yang timbul karena penyampai dan penerima pesan memberi arti yang berbeda terhadap simbol verbal atau nonverbal yang digunakan.  Pendapat lain tentang gangguan berbicara yang disampaikan oleh Nurjamal (2011:29) adalah gangguan nada bicara. Audien atau pendengar adalah orang yang paling kritis dalam menyikapi pembicara. Mereka akan hafal betul mana nada bicara yang variatif mana nada bicara yang monoton. Belum lagi, kalau volume suara kecil, sementara ruangan besar, sudah sempurnalah pendengar akan merasakan kekecewaan. Hendaknya, kita sebagai pembicara, memahami hal ini dengan baik. Sedapat mungkin nada bicara jangan sama dengan nada orang membaca, atau seolah berbicara dengan diri sendiri. Volume dan intonasi atau nada bicara harus jelas terdengar dan variatif. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi dan wawancara. Wawancara dilakukan dalam bentuk terbuka dan tertutup. Pengamatan yaitu peneliti mencatat peristiwa dalam situasi yang berkaitan dengan pengetahuan proporsional maupun pengetahuan yang langsung diperoleh dari data. Hasil diagnosis yang dilakukan peneliti terhadap kasus ini adalah dengan melakukan pengamatan dan wawancara secara berantai. Berdasarkan hasil remedial tersebut terdapat perubahan walaupun belum maksimal 100 persen, yakni berbicara dengan nada suara rendah. Nampaknya penyembuhan terhadap masalah ini membutuhkan waktu yang lama. Karena semua ini tidak bisa langsung sembuh maksimal, tetapi membutuhkan tahapan-tahapan.

Kata kunci: gangguan keterlambatan berbicara, keterampilan berbicara

Referensi

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Chaer, A. (2003). Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.

Syamsudin & Vismia, D. (2007). Metode Penelitian Pendidikan Bahasa. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Arsjad, M. G. & Mukti U.S. (1991). Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Dipodjojo, A. S. (1982). Komunikasi Lisan. Yogyakarta: Lukman.

Haryadi, (1994). Pengantar Berbicara. Yogyakarta: IKIP Yogyakarta.

Subana, S. (2009). Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia. Bandung: Pustaka Setia.

Iskandarwassid & Sunendar, D. (2009). Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: Rosda Karya.

Kridalaksana, H. (2001). Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Nurgiyantoro, B. (2010). Penilaian Pembelajaran Bahasa. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.

Parera, J. D. (1987). Belajar Mengemukakan Pendapat. Jakarta: Balai Pustaka.

Tarigan, H.G. (2006). Berbicara Sebagai suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Tarigan, D, et.al. (2005). Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Rendah. Jakarta: Universitas Terbuka.

Diterbitkan

2021-06-30