قضية الترتيب في الجملة الإسمية العربية
DOI:
https://doi.org/10.21009/almakrifah.12.01.04Keywords:
Jumlah ismiyah, mubtada', khabar, tartibAbstract
Penelitian ini termasuk penelitian di bidang sintaksis Arab (ilmu nahwu). Adapun metode yang digunakan adalah pendekatan analisis struktur gramatika bahasa Arab yang membahas urutan struktur jumlah ismiyyah yang memiliki fungsi subjek (mubtada`) dan predikat (khabar). Mubtada` dan khabar merupakan dua unsur penting yang harus ada pada struktur jumlah ismiyah bahasa Arab. Khabar sesuai dengan mubtada` dari jenisnya; maskulin (mudzakar) dan feminin (muannats), jumlah; tunggal (mufrad), dua (mutsanna), dan banyak (jama'), definitif (ma'rifah) dan tidak definitif (nakirah), dan urutannya (tartib) bahwa mubtada` berada diawal kalimat. Dalam beberapa kasus, bahwa khabar berada di depan mubtada` bisa menjadi sebuah keharusan (wajib) untuk memberikan kesesuaian makna yang diinginkan oleh penuturnya (mutakallim). Sedangkan memaksakan posisi mubtada` berada diawal kalimat mengakibatkan kerancuan makna. Hasil dari penelitian ini, bahwa khabar wajib mendahului mubtada`; (1) apabila pada mubtada` terdapat kata ganti (dlamir) yang kembali kepada khabar atau bagian dari pada khabar, (2) struktur jumlah ismiyyah tidak bisa dipahami maknanya dengan benar kecuali dengan mendahulukan khabar dari mubtada`, 3) apabila mubtada` bersambung partikel fa'` jaza' setelah kata imma 4) apabila khabar termasuk kata yang wajib berada diawal kalimat.