Penerapan Multiple Overlapping Deprivation Analysis dalam Pembentukan Indeks Kemiskinan Multidimensi Anak di Kalimantan Barat
DOI:
https://doi.org/10.21009/JSA.04201Keywords:
Kemiskinan Anak, IKM anak, MODAAbstract
Kemiskinan merupakan salah satu masalah pembangunan yang masih menjadi fokus utama bagi setiap negara. Menurut BPS, pada tahun 2016 tingkat kemiskinan pada kelompok umur anak adalah yang paling tinggi. Selama ini, pengukuran kemiskinan anak biasanya masih menggunakan ukuran kemiskinan rumah tangga dimana tempat anak tersebut tinggal. Dengan demikian, anak yang tinggal pada rumah tangga miskin maka akan dianggap miskin, dan begitu juga sebaliknya. Padahal, karakteristik kemiskinan anak berbeda dengan kemiskinan rumah tangga. Selain itu, banyak pakar yang memberikan kritik terhadap pengukuran kemiskinan dari sisi moneter karena dianggap hanya mampu memotret sebagian kecil dari persoalan kemiskinan. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur tingkat kemiskinan anak di Kalimantan Barat secara multidimensi menggunakan data Survei Sosial dan Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2019. Metode yang digunakan adalah Multiple Overlapping Deprivation Analysis (MODA) dengan 6 dimensi kemiskinan anak meliputi perumahaan, fasilitas, makanan dan nutrisi, pendidikan, perlindungan anak serta kesehatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sekitar 14,87% di Kalimantan Barat miskin secara multidimensi dengan rata-rata deprivasi yang dialami ialah 40,88% dari 12 indikator yang membentuk indeks. Dimensi yang paling berkontribusi terhadap kemiskinan anak di Kalimantan Barat adalah dimensi perumahan. Selanjutnya, kabupaten dengan indeks kemiskinan multidimensi (IKM) anak tertinggi adalah Melawi, Sekadau, Sintang, Kapuas Hulu, dan Landak.