KOROSI H2S DAN CO2 PADA PERALATAN STATIK DI INDUSTRI MINYAK DAN GAS
DOI:
https://doi.org/10.21009/JKEM.2.1.2Keywords:
Korosi, H2S, CO2Abstract
Perhatian utama pada desain dan pemilihan material logam untuk peralatan statik seperti pressure vessel dan heat exchanger pada industri minyak dan gas adalah kerentanannya terhadap fluida yang mengandung hidrogen sulfida (H2S) dan karbon dioksida (CO2). Material yang menjadi objek pada penelitian ini adalah baja karbon rendah (low carbon steel) dan baja tahan karat (stainless steel) dari tipe yang paling sering digunakan di industri minyak dan gas, yaitu baja karbon rendah A-283 Grade C dan A-516 Grade 70, serta baja tahan karat austenitik 304 L dan 316 L. Korosi pada logam baja oleh H2S terdiri dari dua proses yang simultan dan terkait, yaitu proses elektrokimia dan absorpsi hidrogen ke dalam baja. Larutan CO2 dalam air pada pH yang sama lebih korosif dari larutan asam kuat, sebab pH hanya merefleksikan konsentrasi ion hidrogen, sedangkan CO2 akan memberikan kuantitas korosi yang lebih besar dari bagiannya yang terdisosiasi. Baja tahan karat austenitik memiliki ketahanan korosi yang lebih baik dibandingkan dengan baja karbon rendah. Selain itu sifat mekanik dari austenitic stainless steel seperti ketangguhannya terhadap retak dan keuletannya juga relatif tinggi sehingga kerentanannya terhadap failure lebih rendah.
References
NACE, CO2 Corrosion Oil and Gas Production, (1984).
Eropean Federation of Corrosion, Guidenlineson Materials Requirement for Carbon and Low Alloy Steels for H2S Containing Environments in Oil and Gas Production, (2002)
ASM International, Handbook of Corrosion Data, (1995)
NACE Standard TM0177, Laboratory Testing of Metals for Resistance to Spesific Forms of Environmental Cracking in H2S Environment, (1996)
NACE Standard TM0284, Evaluation of Pipeline and Pressure Vessel Steels for Resistance to Hydrogen-Induced Cracking, (1996)
NACE Standard MR0175, Sulfide Stress Cracking Resistant Metallic Materials for Oilfield Equitment, (1990)