PELATIHAN PEWARNAAN BATIK DENGAN ZAT WARNA SINTETIS PADA KAMPUNG BATIK ‘SUJO’ SUMBEREJO UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PRODUKSI
Keywords:
Batik Coloring, Naphthol, SkillsAbstract
Abstract
Sumberejo Village is a village assisted by the State University of Malang through the thematic KKN Program. Having batik in every area, triggers the desire of PKK women for batik skills, which is the goal of realizing Sumberejo Village as a batik village. However, the training at the dyeing stage had not yet been completed, and students were withdrawn from the village due to the Covid 19 pandemic at that time, so the training on dyeing batik with Napthol needed to be continued through community service. The purpose of this community service is for Sumberejo Village to be known as a SUJO batik village which has the characteristics of batik motifs from natural potential and local culture with quality batik that has a selling value. The method used for the delivery of naphol dye material uses the lecture and question and answer method. The implementation of immersion training uses demonstration and practical methods. The results of the service show that the mothers who are members of the batik core team are very enthusiastic and enthusiastic by regularly gathering on Tuesdays and Saturdays at the Tlekung village hall to produce batik with a large number of orders for village officials and teacher uniforms.
Abstrak
Desa Sumberejo merupakan desa binaan Universitas Negeri Malang melalui Program KKN tematik. Dimilikinya batik disetiap daerah, memicu keinginan ibu-ibu PKK akan keterampilan membatik yang merupakan cita-cita untuk mewujudkan Desa Sumberejo sebagai kampung batik. Akan tetapi belum tuntasnya pelatihan pada tahap pencelupan mahasiswa ditarik dari Desa terkait pandemi Covid 19 saat itu, sehingga pelatihan pewarnaan batik dengan Napthol perlu dilanjutkan melalui pengabdian masyarakat. Tujuan pengabdian kepada masyarakat ini, ingin mewujudkan Desa Sumberejo dikenal menjadi kampung batik SUJO yang memiliki ciri khas motif dari potensi alam dan budaya setempat dengan kualitas batik yang memiliki nilai jual. Metode yang digunakan untuk penyampaian materi pewarnaan naphol menggunakan metode ceramah dan Tanya jawab. Pelaksanaan pelatihan pencelupan menggunakan metode demonstrasi dan praktik. Hasil pengabdian menunjukkan bahwa ibu-ibu yang tergabung sebagai tim inti pembatik sangat antusias dan semangat dengan secara rutin pada hari selasa dan sabtu berkumpul di balai desa Tlekung untuk memproduksi batik dengan mulai banyaknya pesanan seragam perangkat desa dan guru-guru.